Tradisi Nadran Pesta Laut 2010 di Lampung

Rabu, 28 April 2010

Tradisi Nadran Pesta Laut 2010 di Lampung ; Ribuan nelayan dan masyarakat lainnya di pesisir timur Lampung antusias mengikuti Nadran atau Pesta Laut 2010 yang puncaknya diadakan, Rabu (28/4/2010) di Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Tradisi nadran di Lampung tidak jauh berbeda dengan daerah asal di Pulau Jawa.

Kemeriahan Pesta Laut ke-28 ini terlihat dari padatnya kunjungan. Halaman Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Muara Gading Mas, Labuhan Maringgai, penuh sesak dengan nelayan, warga dan pejabat yang menghadiri ritual tahunan itu.

Ritual ini diisi dengan penaburan sesaji ke tengah laut. Sesaji ini berupa kepala kerbau, makanan, dan alat-alat rumah tangga. Perahu pembawa sesaji dan kapal-kapal pengiring didesain meriah dengan ragam hiasan janur kuning, padi, dan umbul-umbul. Rangkaian Pesta Laut sebetulnya dimulai sejak 22 April dan akan berlangsung hingga 1 Mei mendatang. Mata acaranya berupa sunatan massal, wayang semalam suntuk, panggung hiburan, dan doa istighosah bersama.

Menurut Edi Susilo, Ketua Panitia, kegiatan tahunan ini tidak ubahnya pesta rakyat, yaitu para nelayan. Ia pun berharap, kegiatan ini ke depan bisa dikembangkan menjadi salah satu agenda pariwisata, seperti halnya di Pulau Jawa.

Diakui Sukmana Adras, Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Lampung Timur, kegiatan sakral ini belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Tidak seperti di Jawa yang mampu menyedot wisatawan mancanegara.

"Padahal, tradisi nadran di Lampung tidak jauh berbeda dengan daerah asal di Pulau Jawa. Acara ini memiliki makna sakral dan nilai-nilai moral," ujarnya.

Ia memberi contoh, unsur tumbuh-tumbuhan yang ada di dalam ornamen dekorasi menyiratkan makna pelestarian.

"Artinya, nelayan tetap sadar akan pentingnya menjaga kelestarian. Jadi, jika ada nelayan yang suka menebangi mangrove, mengambil ikan dengan cara mengebom, berarti dia tidak memaknai acara ini," ungkapnya menjelaskan.

Gubernur Lampung Sjachroedin ZP di dalam sambutan tertulisnya mengingatkan para nelayan agar jangan merusak lingkungan. Jaring-jaring pukat harimau jangan digunakan, hindari pengeboman ikan yang bisa merusak terukmbu karang, dan mengajak nelayan untuk menanam mangrove.

Air Tradisi Nadran Berkhasiat Benarkah ?


Di acara ini, masyarakat yang hadir sempat terlihat berebutan mengambil air yang diyakini berkhasiat tinggi. Air di dalam bak besar ini telah didoakan terlebih dahulu dan dicelupi sebilah keris pusaka. Air ini jika disiramkan ke perahu diyakini bisa mendatangkan rezeki.

"Ya, percaya gak percaya. Setelah diadakannya ruat laut ini, mesti tangkapan nelayan meningkat. Sudah jadi kepercayaan ini,"

Diadakannya ritual Nadran ini pun bertepatan dengan mulai masuknya musim timur. Musim ini, di kalangan nelayan, dikenal sebagai musim sulit atau panceklik. Musim di mana laut tidak bersahabat dank era berombak tinggi ini biasanya berlangsung hingga Desember.

Sebagian nelayan di tempat ini pun telah berancang-ancang untuk tidak melaut hingga beberapa bulan ke depan. "Ya, terpaksa menganggur. Waktu ini biasanya saya gunakan untuk memperbaiki kapal dan jaring," tutur Kusnanto (30), nelayan setempat. Garmadi (32), nelayan lainnya, memilih nekat melaut dengan lebih berhati-hati agar dapur keluarganya tetap dapat mengepul.
Tag,Tradisi,Lawok Lepas,festival Lawok Lepas

Tekhus Baca......

Peringatan Hari Tari Sedunia Menari Selama 24 Jam

Memperingati Hari Tari se-Dunia yang jatuh hari ini, empat penari dari Solo dan Yogyakarta akan menggelar acara menari selama 24 jam di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, mulai Kamis (29/4) pagi. Sejak kemarin petang, berbagai persiapan terlihat terus dilakukan tiga penari Solo agar bisa tampil prima.


Ketiga penari itu adalah Luluk Ari Prasetyo, Havid Ponk Jakaria, serta Imin Bagus Pranowo. Satu penari lagi adalah Darlane Litaay. Tapi hingga kemarin petang, penari asal Yogyakarta itu belum muncul untuk bergabung latihan. Selain keempat penari ini, ada sekitar 2.000 penari yang juga ikut ambil bagian dalam acara ini.

Tak hanya fisik, persiapan mental juga sudah dilakukan ketiga penari selama sebulan penuh. Meski belum pernah menari selama 24 jam, mereka tetap optimistis bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Sebab, berbagai persiapan dianggap sudah cukup matang, termasuk kesiapan untuk mengatasi kelelahan dan mengantuk saat menari.

Sejumlah repertoar tari sudah dipersiapkan untuk dibawakan selama 24 jam. Repertoar tersebut menggabungkan berbagai gaya tari berbagai daerah. Berbeda dengan even menari 24 jam sebelumnya yang hanya mengandalkan improvisasi, gelaran kali ini dilakukan dengan lebih terkonsep. "Improvisasinya hanya akan ada pada bagian-bagian tertentu," kata koreografer Eko Suprianto.

Dari sisi pengalaman, Luluk, Havid, dan Imin sudah punya reputasi bagus dalam dunia tari. Sejak masih jadi mahasiswa ISI Solo, mereka sering terlibat pagelaran-pagelaran tari berskala besar. Namun, saat ini kemampuan mereka benar-benar diuji karena harus menari secara terus menerus 24 jam.

Purnowo, Kepala Dinas Kebudayaan Solo, berharap digelarnya acara ini agar masyarakat tahu hari ini adalah Hari Tari se-Dunia. Sementara Eko berharap dengan pegelaran ini, tari bisa dinikmati masyarakat dan masyarakat bisa menjadi pelaku dari tari itu sendiri. "Jadi tidak hanya penari sendiri," ucap Eko, Kamis (28/4) pagi

Tekhus Baca......

Masjid Berornamen Lampung Di Pesawaran

Masjid Berornamen Lampung Di Pesawaran, Sebagai tempat ibadah, masjid berornamen Lampung berfungsi sebagai wahana pendidikan untuk lebih mengenal kebudayaan Lampung melalui ornamen-ornamen kebudayaan Lampung yang tertuang di relief-relief bangunan masjid. Termasuk kubah masjid yang dibuat menyerupai Nuwo Sesat (rumah adat Lampung) demikian dengan sayap-sayap bangunan.

Masjid dengan kapasitas 550 jemaah yang terdiri dari dua lantai menjadi masjid pertama di Provinsi Lampung yang memadukan unsur kebudayaan adat Lampung dengan nilai-nilai Islam, kata Sjahroedin.

lahan yang akan dijadikan lokasi bangunan masjid merupakan tanah wakaf dari keluarga dr. H.M. Hendrikson, ahli waris dari almarhum Ramli Suntan Penutup, dengan luas keseluruhan 1.400 meter persegi.

Selain lahan wakaf itu, Pemkab Pesawaran juga melakukan pembebasan lahan seluas 7 x 23 meter persegi guna memperluas areal masjid sehingga jumlah jemaah yang dapat ditampung dapat lebih banyak, dilengkapi dengan lahan parkir dan sarana lain yang lebih memadai.

Masjid ornamen Lampung di Kabupaten Pesawaran ini rencananya akan dibangun dua lantai. Luas bangunan seluruhnya mencapai 750 meter persegi terdiri dari lantai satu seluas 375 meter dan lantai dua 375 meter. Lantai satu memiliki kapasitas 250 orang dan lantai dua berkapasitas 300 orang.

Terwujudnya pembangunan Masjid Ornamen Lampung dengan 2 (dua) lantai ini akan menjadikebanggaan bagi warga bumi Andan Jejama, hal ini mengingat di kabupaten lain hanya membangun satu lantai.

Kegiatan pembangunan dilaksanakan dalam dua tahap, dengan perincian pembiayaan pembangunan untuk tahun 2009 sebesar Rp100 juta dari Pemprov Lampung dan tahun 2010 ini Pemerintah Kabupaten Pesawaran juga sudah mengalokasikan dana APBD sebesar Rp570 juta, ungkap Haris, sedangkan tahap kedua akan dilaksanakan pada TA 2011.

Hingga kini Pemkab Pesawaran belum memberikan nama khusus masjid. untuk saat ini masih terfokus pada segera merealisasikan pembangunan karena masjid ini tidak hanya akan menjadi kebanggaan masyarakat Pesawaran, tetapi juga masyarakat Lampung secara umum.

Bahwa pelaksanaan pembangunan Masjid Ornamen Lampung Kabupaten Pesawaran ini dilaksanakan sepenuhnya oleh panitia pembangunan masjid dari unsur masyarakat. Demikian juga dengan pengelolaan dana bantuan, sepenuhnya dikelola oleh panitia. Oleh karena itu saya mengajak kepada aparat Pemerintah Desa Gedong Tataan, para tokoh agama, ormas serta masyarakat untuk bahu membahu membantu dan mengawasi pembangunan masjid ini sampai dengan selesai,

Tekhus Baca......

Bebek Hutan Asli Pesawaran Hampir Punah

Keberadaan bebek hutan (Cairina scutulata) di Muara Bawang, Desa Bawang Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, juga terancam punah sebagaimana halnya di Taman Nasional Way Kambas Lampung.

"Habitat bebek hutan ini rusak berat, seperti mangrove yang terus berkurang luasnya. Suara deru mesin eskavator dan mesin diesel dari tambak di sekitar muara juga berpengaruh membuat populasi bebek hutan itu semakin berkurang," kata tokoh Desa Bawang Punduh Pidada Hipni Idris, di Pesawaran, Sabtu (24/4).

Ia juga mengatakan masyarakat di daerah itu umumnya tidak mengetahui bahwa bebek hutan atau angsa hutan yang berada di Muara Bawang adalah hewan langka. "Populasinya di seluruh dunia sangat langka, diperkirakan hanya tersisa sekitar 1.000 ekor dan sekitar 150 ekor terdapat di Taman Nasional Way Kambas, salah satu habitat angsa hutan yang tersisa di Indonesia," kata dia.

Menurut dia, populasi bebek itu di Muara Bawang dahulu sempat mencapai 1.000 ekor lebih, namun kini mulai berkurang akibat semakin terkikisnya hutan bakau yang ada di daerah itu. Sebelumnya, aktivis Forum Masyarakat Pesisir Lampung, Fadliansyah Nur, mengatakan bebek hutan itu berhabitat di lahan basah yang dekat dengan rawa-rawa. Satwa jenis itu suka bersembunyi di siang hari dan pada malam hari mereka aktif mencari makan.

"Karena hidupnya di lahan basah (air), maka pembangunan listrik tenaga air dan polusi menjadi ancaman terbesar bagi satwa itu," katanya. Selain itu, penurunan polulasinya juga diakibatkan oleh kerusakan hutan, degradasi lingkungan dan hutan.

Habitat bebek langka itu diperkirakan tersisa di Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar, Indonesia, India, dan Bangladesh dengan jumlah populasi tidak mencapai 1.000 ekor. Di Indonesia, bebek itu didapati di Taman Nasional Way Kambas (TNWKB) Lampung dan Muara Bawang Pesawaran.

Sementara itu, Kepala Bidang Konservasi Jenis TNWK, Dicky Tri Sutanto, mengatakan populasi bebek hutan di di Taman Nasional Way Kambas yang terpantau hanya 75 ekor. Menurutnya, satwa bebek hutan atau masyarakat menyebut mentok rimba itu kini dalam status terancam punah sebab keberadaanya semakin sulit ditemui.

"Baru-baru ini kami bersama tim melakukan monitoring di seluruh kawasan TNWK. Namun jumlah bebek hutan yang berhasil ditemui hanya sembilan ekor," ujarnya. Dia menjelaskan, sebenarnya populasi bebek hutan salah satunya di TNWK Lampung Timur merupakan populasi terbesar di dunia, dengan jumlah keseluruhan mencapai 200-an ekor.

"Jika tidak segera ditangani serius, bisa jadi generasi ke depan tidak lagi bisa menemui bebek hutan yang termasuk unggas langka itu," katanya.

Tekhus Baca......

Kesadaran Melestarikan Lingkungan Di Pulau Pahawang

Kesadaran Melestarikan Lingkungan Di Pulau Pahawang ;Minggu siang itu matahari bersinar terik. Namun, panasnya tidak begitu terasa, terhalang tanaman mangrove dan barisan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Di tengah desiran angin, dari balik kerimbunan bakau tiba-tiba terdengar suara ribut anak-anak. ”Sudahlah, tanam di sini saja. Jangan terlalu jauh-jauh,” pekik seorang bocah perempuan.

”Jangan! Harus diberi jarak agak jauh supaya jika besar nanti tumbuhnya tidak berdempetan dan bisa tetap hidup,” kata bocah lainnya yang lebih tua seraya memindahkan bibit-bibit bakau yang telanjur ditanam.

Siang itu, pada Minggu ketiga April 2010, belasan anak Pulau Pahawang, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, tengah melakukan reboisasi mangrove. Lumpur, genangan air setinggi 0,5 meter, dan nyamuk malaria yang berseliweran di antara rerimbunan mangrove tidak menghalangi antusiasme mereka.

”Nah, selesai. Cepat tumbuh besar, ya,” ujar Riana Sari (11), siswa SD Negeri 1 Pahawang, seolah mengajak bicara bibit bakau yang ditanamnya. Itu adalah bibit ketiga yang telah ditanamnya selama setahun terakhir.

Kegiatan reboisasi mangrove ini adalah hal rutin yang dilakukan bocah-bocah yang tergabung di dalam kelompok Anak Peduli Lingkungan. Anggota kelompok ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Pahawang itu kini beranggotakan sekitar 50 orang. Siang itu, mereka tengah memperkenalkan cara menanam bakau kepada rombongan ELTI, lembaga kursus yang berdomisili di Bandar Lampung.

Lembaga kursus ini tertarik dan ingin membuktikan cerita mengenai kepedulian warga Pahawang akan lingkungan pesisir dan lautnya. Di seantero Lampung, cerita tentang keteladanan warga Pahawang menyelamatkan mangrove sudah menjadi buah bibir. Kehidupan di pulau seluas 1.040 hektar dan berpenduduk 1.665 jiwa ini bahkan menjadi semacam laboratorium studi mengenai gerakan penyelamatan lingkungan wilayah pulau dan pesisir.

Endemik malaria

Pulau yang terletak di Teluk Lampung ini dulu tidak ubahnya kawasan pesisir lainnya di Lampung yang mengalami kerusakan dahsyat, baik ekosistem mangrove maupun terumbu karangnya. Kawasan mangrove dirusak aktivitas tambak dan penebangan liar sejak tahun 1975, sementara areal terumbu karang dihancurkan bom-bom ikan yang marak pada akhir 1990-an.

Akibatnya, di pengujung 1980-an, Desa Pahawang pernah diterpa wabah penyakit malaria. Hampir semua warga terjangkit penyakit ini.

”Karena habitat (hutan bakau) mereka rusak, nyamuk-nyamuk malaria ini lalu masuk ke wilayah permukiman. Tidak hanya itu. Dahulu, akibat mangrove habis, pantai kami kena abrasi, air laut pun sampai masuk ke dapur. Ibu-ibu jadi tidak bisa masak,” kenang M Syahril Karim, tokoh warga Pahawang.

Pulau Pahawang pernah tercatat sebagai daerah endemik malaria dan habitat nyamuk malaria (Anopheles) kedua terbesar setelah Papua. Perlahan, berkaca dari pengalaman pahit itu, didukung bimbingan LSM Mitra Bentala, masyarakat Pahawang mulai berbenah diri dan mengubah kebiasaannya.

Warga yang dahulu hidup dengan merusak lingkungannya akhirnya mulai mengubah kebiasaan buruk mereka. Salah satunya Salim (36), warga Dusun VI, Desa Pahawang. Salim yang dahulu hobi mengebom karang dan menebangi mangrove kini justru rajin menanam bakau. Ia ngeri melihat dampak tsunami Aceh dan berharap itu tidak terjadi di desanya.

”Kalau bukan kami sendiri yang bertindak, siapa lagi?” tutur Isnen Hayani (38), warga Pahawang lainnya, yang secara sukarela menjaga kawasan mangrove dan terumbu karang seluas 30 hektar dari ancaman perusakan. Awalnya, ia kerap dimusuhi oleh tetangganya karena melakukan hal ini.

Sejak gerakan kembali ke lingkungan ini diembuskan 12 tahun silam, perlahan hasilnya terlihat nyata. Sebagian area pesisir yang dahulu botak, kotor, dan dipenuhi jamban milik warga, kini mulai hijau kembali oleh mangrove. Pantai yang dulu penuh sampah kini terlihat bersih dan bening layaknya cermin air raksasa berwarna kebiru-biruan.

Untuk menyolidkan gerakan konservasi lingkungan, warga dan tokoh-tokoh desa berinisiatif membuat aturan mengikat, yaitu peraturan desa. Peraturan desa tahun 2006 inilah yang kemudian melahirkan otoritas Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM) yang diketuai Syahril Karim.

BPDPM kemudian membuat ketentuan zonasi daerah perlindungan mangrove dan pesisir. Zona inti seluas 30 hektar yang ditandai plang merah, misalnya, disepakati sebagai area terlarang total, tidak boleh dilewati warga tanpa izin, apalagi dirusak.

”Jika ada yang melanggar, menebang satu, akan ditegur dan wajib ganti 10 pohon. Aturan ini sekarang sudah dibuat legal oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran,” tutur Kamaludin, Kepala Desa Pahawang.

Menyadari masa depan kesinambungan penyelamatan lingkungan terletak di pundak anak- anak, warga, guru, kepala SD negeri Pahawang, dan LSM Mitra Bentala pun sepakat memasukkan materi penyelamatan lingkungan pesisir dan laut ke dalam materi muatan lokal. ”Ini sudah berjalan setahun terakhir. Setiap Sabtu, anak kelas IV diajarkan materi mangrove, kelas V tentang terumbu karang, dan kelas VI pengelolaan sampah. Setiap minggu mereka lalu praktik,” kata Endro Sucipto (22), relawan dari Mitra Bentala.

Lewat gerakan penyelamatan lingkungan pesisir sejak dini, masyarakat Pahawang kini tidak lagi panik menyikapi ancaman pemanasan global, misalnya, apalagi berniat pindah ke daratan. Sebaliknya, mereka terus mencoba hidup berdampingan lagi dengan alam. Dengan semangat dan kesadaran itu, mereka percaya alam pun akan bersikap baik kepada mereka.

Paling tidak, setelah mereka mengembalikan kondisi mangrove seperti sediakala, kawanan nyamuk malaria pun kian jarang bertandang ke kampung mereka. Ini bukan sebuah keajaiban.

Tekhus Baca......

Indahnya Pesona Laut Biru di Pantai Teluk Lampung

Indahnya Pesona Laut Biru di Pantai Teluk Lampung ; Memasuki kompleks TNI AL Teluk Ratai, Kita langsung disambut pemandangan hamparan laut berwarna biru dan sangat jernih. Hanya hamparan pasir putih bersih yang memisahkan jalan tempat kami melintas dengan laut ini. Namun, tidak lazimnya laut, tidak terlihat deru

ombak. Tidak tercium pula bau amis ikan dan garam pantai seperti umumnya di pantai lepas. Air pun terlihat tenang, layaknya kristal, memantulkan sinar matahari yang malu-malu muncul dari balik bukit. "Wow, indah sekali. Kok ada ya tempat seperti ini gak jauh dari Bandar Lampung. Airnya itu, bening banget," ujar seorang kawan penuh semangat.

Teluk Ratai adalah salah satu kawasan wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pantai yang dapat dicapai dari Bandar Lampung dengan kendaraan kurang dari 1 jam ini adalah bagian dari Teluk Lempung. Sebuah perairan tenang yang dikelilingi banyak pulau-pulau kecil.

Pantai yang bersih, gugusan pulau-pulau dan kejernihan laut tanpa ombak adalah karakteristik daya tarik yang ada di Teluk Lampung. Menginjakkan kaki di pantai, namun tanpa mengunjungi pulau-pulau, kata orang-orang, kurang afdol.

Karena itulah kami memutuskan menyewa perahu seharian penuh. Setelah tidak sabaran menunggu, sejam kemudian kapal yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba.

Kami segera bertolak dari Dermaga Ketapang menuju ke Pulau Pahawang, menggunakan kapal jukung. Sewa perahu ini seharian penuh Rp 250 .000 Rp 300.000. Perahu ini sanggup menampung penumpang hingga 15 orang. Untuk sekali nyebrang ke pulau, biasanya dikenai tarif Rp 15.000 per orang.

Di perjalanan menuju pulau, kami banyak mendapatkan pengalaman menarik. Belum sampai 15 menit, kapal yang kami tumpangi melintas di antara gerombolan ubur-ubur laut (Schyphozoa). Sepintas, dilihat dari permukaan laut, ubur-ubur ini terlihat seperti plastik-plastik yang melayang.

Jika dilihat lebih seksama, ubur-ubur ini bentuknya seperti gumpalan jelly, maka itu disebut pula jelly-fish. Ubur-ubur ini memang biasa hidup di perairan hangat macam Teluk Lampung. Populasinya bisa meledak, mencapai ribuan ekor di musim-musim hangat seperti bulan April ini.

Latihan marinir

Tidak lama berselang, mendekati Pulau Kelagian yang biasa dipakai Marinir TNI AL untuk latihan, kami disambut segelintir ikan marlin (Tetrapturus) berukuran kecil-kecil yang meloncat di permukaan air. Ikan marlin atau ikan layar adalah satwa khas perairan tropis dan biasa hidup di laut lepas, tetapi tidak jarang pula masuk ke perairan tenang, seperti teluk.

Tidak terasa, perjalanan sudah sejam lebih. Kami pun akhirnya tiba di tempat dituju, Pulau Pahawang. Pulau ini memang tidak memiliki hamparan pasir putih yang memikat. Namun, daya tariknya yaitu kawasan mangrove, terumbu karang dan kearifan lokal pelestariannya.

Pulau Pahawang kini juga tengah merintis eco-tourism yang pengembangannya bekerja sama LSM Mitra Bentala. Di sini sudah terdapat jalan paving block sepanjang 5 kilometer yang mengelilingi sebagian pulau. Sudah terdapat pula tiga unit cottage yang bisa disewakan.

Tidak jauh dari sini, kami kemudian bergerak menuju ke Pulau Pahawang kecil. Di sini, kita bisa menikmati terumbu karang yang relatif masih terlindungi. Terumbu karang ini bisa dilihat dengan mata telanjang karena hanya beberapa sentimeter dari permukaan air.

Biota-biota laut macam teripang, bintang laut, anemon, dan berbagai jenis ikan laut berwarna-warni berkeliaran bebas tanpa teru sik tangan-tangan jahil manusia. Kurang dari setengah kilometer dari titik ini, kita bisa pula menikmati hamparan pasir putih. Ragam keindahan inilah yang akan menjanjikan wisata berkesan dari Teluk Lampung.

Tekhus Baca......

Kain Tapis Tertua Berusia 200 Tahun Di Pamerkan

Ibu Negara, Hj. Ani Yudhoyono, meminjamkan kain tapis Muara Dua, Lampung, koleksi pribadinya yang telah berusia 200 tahun untuk dipamerkan dalam Adi Wastra Nusantara 2010 di Jakarta .

Kain tapis berwarna hitam, merah, coklat dan biru tua yang memiliki ragam hias cucuk andak serat kayu itu merupakan satu dari enam koleksi Ibu Negara yang dapat dinikmati pengunjung pameran yang dilangsungkan lima hari, 14-18 April 2010 di Balai Sidang Jakarta .

Bahan dasar tapis tersebut adalah tenun yang dibordir dengan benang emas bermotif sasab, bergambar manusia menunggang carabao (kerbau) yang dihiasi berbagai payet, serta bermotif tunas bambu, bunga dan pohon hayat yang terbuat dari serat kayu dan dibordir dengan benang sutra.

Motif manusia menunggang kerbau dan tunas bambu melambangkan kemakmuran dan kedudukan manusia yang lebih tinggi dari hewan. Kain tapis Muara Dua dengan ragam hias cucuk andak serta kayu biasanya hanya diperbolehkan dikenakan oleh anak atau istri dari pemimpin adat.

Selain kain tapis tersebut, Ibu Ani yang selalu mendorong rakyat Indonesia untuk bangga memakai kain adat atau tradisional Indonesia juga meminjamkan sejumlah kain batik yang menjadi koleksinya.

Salah satu yang cukup istimewa adalah kain panjang batik dengan ragam hias kawung Dwi Warna yang berusia 50 tahun. Kain berwarna dasar coklat muda itu dikenakan pada akad nikah Ibu Negara 34 tahun lalu, tepatnya 30 Juli 1976.

Kain tersebut merupakan pemberian ibunda Ibu Ani, khusus untuk acara istimewa tersebut. Secara perlambang motif kawung memberikan kewibawaan pada pemakainya.

Sejumlah koleksi yang lain adalah kain panjang dan selendang ragam hias Manuk Sepasang yang berwarna dasar putih dan bergaya Cirebon, kain panjang soga dengan ragam hias Peksi Cendrawasih asal Kudus yang berusia 85 tahun, kain panjang Yogya dengan ragam hian batik semen sidho asih yang berusia 60 tahun dan kain panjang ragam hias pagi-sore yang berusia 85 tahun.

Dalam sambutannya saat membuka pameran Adi Wastra Nusantara 2010 itu, Ibu Ani juga berbagi cerita tentang kedekatannya dengan kain adat/tradisional, terutama batik. "Saya teringat masa kecil dulu melihat ibunda menggendong adik saya dengan kain batik motif pesisir," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa eyangnya selalu menggunakan kain batik untuk membawa barang-barang belanjaan. Berpuluh-puluh tahun setelah itu, kata Ibu Ani, salah seorang penjual jamu langganannya juga masih selalu menjinjing keranjang berisi botol-botol jamu dengan kain batik.

"Mba Minah yang sering mampir ke rumah saya menggendong jamunya dengan kain batik. Saya juga pecinta jamu tradisional," katanya. Adi Wastra Nusantara 2010 tahun ini bertema "Wastra Adati-Cermin Citra Bangsa" dan menampilkan kain dengan usia rata-rata 25 tahun hingga 150 tahun dengan motif langka.

Ikon pameran kali ini adalah pameran Koleksi Gedongan Nusantara dan Koleksi Wastra Unggulan dari para kolektor antara lain Ibu Ani Yudhoyono, Iwan Tirta, Museum Tekstil Jakarta, Museum Purna Bhakti Pertiwi, Ibu Eiko Adnan Kusuma, Ibu Caecil Papadimitriou, Munir Djody, Santoso Dullah, dan Hartono Sumarsono.

Selain itu , dalam pameran tersebut juga dapat dijumpai koleksi batik empat keraton Jogya dan Solo yaitu keraton kesultanan Hamengku Buwono, Puro Paku Alaman, keraton kasunanan Paku Buwono dan Puro Mangkunegaraan yang merupakan koleksi turun temurun. Selain kain tradisional, sebuah mobil mercedes seri C250i CGI bermotif batik karya desainer Caraminta juga dipamerkan dalam acara tersebut.

Turut mendampingi Ibu Negara membuka pameran itu adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Koperasi dan UKM Syariefuddin Hasan, pengusaha Martha Tilaar, Direktur Unesco dan para duta besar negara sahabat, dari China, Jepang, Belgia, Bosnia, Austria, Malaysia, dan Kolumbia.

Tekhus Baca......

Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakaiannya

Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakaiannya ; Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampungkebudayaan masyarakat. dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain BrokatNampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh. yang disebut

Adapun Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakainnya Adalah :

Tapis Jung Sarat
Dipakai oleh perkawinan wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat. Tapis Raja Tunggal

Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan.Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal

Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak
Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak

Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung

Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau

Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget). Tapis Pucuk Rebung

Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.

Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak

Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.

Di daerah Lampung utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan. Tapis Limar Sekebar

Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir

Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho

Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng

Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari. Tapis Inuh

Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano

Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca

Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang

Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil

Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak

Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.

Tekhus Baca......

Mengenal Kain Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk"). Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung.

Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin.

Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Sejarah Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini.
Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 1700.

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal.

Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.

Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung
Bahan Dasar Tapis Lampung : Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam. Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :
• Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang.
• Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.
• Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang.
• Akar serai wangi untuk pengawet benang.
• Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur.
• Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.
• Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.
• Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.
• Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru.
• Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran. Peralatan Tenun kain Tapis : Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut :

1. Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.
2. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian Alat-alat :
• Terikan (alat menggulung benang)
• Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)
• Belida (alat untuk merapatkan benang)
• Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)
• Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)
• Guyun (alat untuk mengatur benang)
• Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)
• Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang)
• Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)
• Amben (alat penahan punggung penenun)
• Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Jenis Tapis Lampung Menurut Asal pemakainya

Beberapa jenis kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin adalah :

Tapis Lampung dari Pesisir :

* Tapis Inuh
* Tapis Cucuk Andak
* Tapis Semaka
* Tapis Kuning
* Tapis Cukkil
* Tapis Jinggu

Tapis lampung dari Pubian Telu Suku :

* Tapis Jung Sarat
* Tapis Balak
* Tapis Laut Linau
* Tapis Raja Medal
* Tapis Pucuk Rebung
* Tapis Cucuk Handak
* Tapis Tuho
* Tapis Sasap
* Tapis Lawok Silung
* Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan :

* Tapis Jung Sarat
* Tapis Balak
* Tapis Pucuk Rebung
* Tapis Halom/Gabo
* Tapis Kaca
* Tapis Kuning
* Tapis Lawok Halom
* Tapis Tuha
* Tapis Raja Medal
* Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak:

* Tapis Dewosano
* Tapis Limar Sekebar
* Tapis Ratu Tulang Bawang
* Tapis Bintang Perak
* Tapis Limar Tunggal
* Tapis Sasab
* Tapis Kilap Turki
* Tapis Jung Sarat
* Tapis Kaco Mato di Lem
* Tapis Kibang
* Tapis Cukkil
* Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego :

* Tapis Rajo Tunggal
* Tapis Lawet Andak
* Tapis Lawet Silung
* Tapis Lawet Linau
* Tapis Jung Sarat
* Tapis Raja Medal
* Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung
* Tapis Cucuk Andak
* Tapis Balak
* Tapis Pucuk Rebung
* Tapis Cucuk Semako
* Tapis Tuho
* Tapis Cucuk Agheng
* Tapis Gajah Mekhem
* Tapis Sasap
* Tapis Kuning
* Tapis Kaco
* Tapis Serdadu Baris

Tekhus Baca......

Mengenal Wilayah Lampung

Lampung merupakan provinsi yang terletak di penghujung pulau Sumatra hari jadi Pprovinsi lampung pada tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung memiliki penduduk + 7.289.500 dengan luas wilayah + 35.376 km2. terletak pada garis peta bumi: timur-barat di antara 105o 45' serta 103o 48' bujur timur; utara selatan di antara 3o dan 45' dengan 6o dan 45' lintang selatan. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa.

Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah kabupaten Lampung Barat.

Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

GUNUNG
• Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:
• Gunung Pesagi (2262 m) di Sekala Brak, Lampung Barat
• Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat
• Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat
• Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau Panggung, Tanggamus
• Gunung Pesawaran (1.161 m) di Kedondong, Lampung Selatan
• Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung
• Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan

SUNGAI
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:
• Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2
• Way Semaka (Semangka), panjang 90 km, c.a. 985 km2
• Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2
• Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2
• Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2
• Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2
Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah
• Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
• Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
• Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
• Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:

• Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
• Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
• Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
• Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
• Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
• Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2

Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.

HUTAN
Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis dimanfaatkan untuk keepentingan pembangunan pertanian, untuk para transmigran yang terus-menerus memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang masih ada, yang tanahnya dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian besar terletak di sebelah barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.

KETINGGIAN
Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negerisakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padangratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m), dan Kota Liwa (850 m).

BAHASA
Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang, dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung.

AGAMA

Islam (92%)
Protestan (1,8%)
Katolik (1,8%)
Buddha (1,7%)
Lain-lain (2,7%)

Tekhus Baca......

wallpaper Tapis Lampung

wallpaper Tapis Lampung



Tekhus Baca......